ASSALAMUALAIKUM

terima kasih atas kunjungannya

Jumat, 19 Agustus 2011

INFO LIBUR SMAN TAJURHALANG

BERDASARKAN KALENDER PENDIDIKAN PROPINSI JAWA BARAT

1. LIBUR IDUL FITRI MULAI TANGGAL 22 AGUSTUS SAMPAI DENGAN 6 SEPTEMBER 2011
2. MASUK KEMBALI TANGGAL 7 SEPTEMBER 2011
3. TETAP RAPI DAN DISIPLIN
4. KELUARGA BESAR SMAN TAJURHALANG MENGUCAPKAN MINAL AIDIN WALFAIZIN, MOHON MAAF
LAHIR BATIN
5. TERIMA KASIH.

Kamis, 18 Agustus 2011

EVALUASI MODUL 1

EVALUASI

A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a,b,c,d,atau e sebagai jawaban yang tepat !

1. Faktor utama yang mendorong kelahiran ilmu sosiologi adalah ….
a. Hilangnya masyarakat agrars di Eropa
b. Perubahan-perubahan pada masyarakat Eropa
c. Peperangan antar negara ropa
d. Kekuasaan Islam semakin kuat diEropa
` e. Ilmu sosial lainnya gagal menyelesaikan masalah sosial

2. Revolusi industri pada masyarakat Inggris ditandai oleh ....
a. masyarakat agraris berangsur-angsur menjadi masyarakat industri
b. kekuasaan para raja berangsur-angsur terkikis
c. sifat feodal dan gerejani semakin mewarnai kehidupan masyarakat Inggris
d. terjadi penemuan-penemuan dalambidang IPTEK
e. muncul golongan-golongan penguasa baru yang disebut golongan kapitals

3. Masyarakat adalah orang-orang yang ….
a. menderita ketegangan emosi
b. diorgansasikan mengikuti cara hidup tertentu
c. hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan
d. tersebar dengan perasaan persatuan yang sama
e. bertalian dan saling pengaruhi secara kebatinan

4. Di dalam sistem sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial disebut pula ....
a. kaidah sosial b. unsur pokok
c. ciri-ciri umum d. gejala umum
e. kenyataan umum

5. Kriteria yang menentukan apakah suatu masalah dianggap sebagai masalah sosial atau bukan tergantung pada ....
a. sumber masalah b. banyaknya anggota yang melakukan
c. tingkat kesejahteraan masyarakat d. akibatnya bagi ketertiban
e. nilai-nilai yang dianut masyarakat

6. Berikut ini manakah yang merupakan masalah sosial ....
a. panen tidak berhasil karena banjir
b. jembatan yang dipenuhi warga tiba-tiba ambruk
c. tabrakan beruntun di jalan tol
d. penemuan baru yang menggemparkan dunia
e. jumlah rakyat miskin yang terus bertambah

7. Yang tidak termasuk ke dalam pembahasan dinamika sosial adalah ....
a. penyimpangan sosial b. perubahan sosial
c. tindakan sosial d. mobilitas sosial
e. pengendalian sosial




8. Tujuan sosiologi adalah meningkatkan daya dan kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara ....
a. mengembangkan pengetahuan objektif mengenai gejala masyarakat yang dapat dimanfaatkan secara efektif

b. mempelajari sejarah perkembangan manusia dan penyebarannya dalam masyarakat tertentu
c. mempelajari dasar-dasar kebudayaan dari setiap etnis yang ada di muka bumi
d. mengadopsi seluruh budaya asing dan dijadkan sumber pengetahuan baru
e. mencari suatu cara yang sistematis agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar

9. Masalah sosial adalah masalah yang menyangkut pemahaman terhadap ....
a. sosialisasi b. tindakan-tindakan sosial
c. fakta sosial pada masyarakat primitif d. masyarakat yang dinamis
e. tindakan dan masalah sosial

10. Konsekwensi sosiologi sebagai ilmu masyarakat adalah bahwa ilmu ini mempelajari tentang ....
a. struktur, proses, dan perubahan lingkungan hidup
b. populasi dan proses perubahan suatu komunitas
c. norma, kaidah, dan kebudayaan suatu masyarakat
d. struktur, proses, dan perubahan-perubahan sosial
e. ksejahteraan, penghasilan,dan jumlah penduduk

11. Suatu kesatuan atau susunan status, peranan, dan tata aturan yang mengatur interaksi antara status dan peranan dinamakan ....
a. sistem sosial b. tindakan sosial
c. gejala sosial d. Khayalan sosiologis
e. masalah sosial

12. Pada prinsipnya kelompok sosial adalah ....
a. orang-orang yang mempunyai identitas yang sama
b. orang-orang yang mempunyai kerjasama dalam pemenuhan kebutuhan
c. kumpulan data-data orang yang mempunyai nasib yang sama
d. sejumlah orang yang saling berhubungan secara teratur
e. himpunan kegemeran yang bersifat sementara

13. Perbedaan keanggotaan antara kelompok primer dan kelompok sekunder adalah ....
a. jumlah anggotanya variatif
b. kelompok primer anggotanya banyak
c. kelompok sekunder anggotanya sedikit
d. kelompok primer anggotanya lebih kecil
e. kelompok sekunder anggotanya bervariatif

14. Berikut ini jenis kelompok sosial yang sifatnya sementara, yaitu ....
a. orang-orang dalam satu lingkungan RT yang sedang kerja bakti
b. Orang-orang berdemontrasi menuntut upah dinaikkan
c. Orang-orang berkerumun melihat kecelakaan lalu lintas
d. anggota OSIS mengadakan lomba
e. para nasabah bank sedang antri



15. Berikut ini adalah contoh kelompok informal ....
a. asosiasi b. kelompok pengusaha
c. ikatan dokter indonesia d. klik
e. partai politik

16. Perbedaan sifat hubungan pada kelompok primer dan kelompok sekunder adalah ....
a. kelompok primer bersifat tetap, para anggota berada bersama dalam waktu relatif lama
b. kelompok sekunder bersifat tetap, kebersamaan para anggota terjadi dalam waktu yang lama
c. kelompok sekunder bersifat sementara dan para anggota kelompok terjad dalam waktu relatif lama
d. kelompok primer bersifat sementara dan para anggota berada bersama dalam waktu yang relatif pendek
e. baik kelompok primer maupun sekunder memiliki sifat huungan yang rasional

17. Berikut ini contoh kelompok sosial bedasarkan keturunan, kecuali ....
a. suku b. kerabat
c. marga d. paguyuban
e. klan

18. Perbedaan gemeincshaft dengan gesselcshaft pada tingkat hubungan antar angotanya, adalah ....
a. pada gemeincshaft hubungan antar anggotanya, erat
b. pada gesselcshaft hubungan antar anggotanya erat
c. pada gemeincshaft hubungan antar anggotanya biasa saja
d. pada geeelcshaft hubungan antar anggotanya membanggakan
e. pada gemeincshaft maupun gessekcshaft hubungan antar anggotanya kurang baik

19. Pembentukan kelompok sosial berdasarkan darah dan keturunan yang sama (common ancestry) , yaitu ....
a. kelompok tani, kelompok nelayan
b. kelompok seniman, kelompok olahragawan
c. ikatan keluarga betawi, keluarga besar minang
d. kelompok keturunan Arab, kelompok keturuna Cina
e. kelompok tani, kelompok keturunan Cina

20. Berikut ini kelompok sosial yang memiliki ikatan primordial tinggi adalah ....
a. sekolah umum b. kegemaran mobil
c. partai politik d. bonek surabaya
e. IDI Jakarta


B. JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN JELAS DAN BENAR !

1. Jelaskan apa sebenarnya manfaat kita belajar sosiologi ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................



2. Apa tujuan sosiologi ?
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

3. Sebutkan dan jelaskan dua kegunaan sosiologi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

4. Apa yang menjadi ruang lingkup sosologi !
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

5. Salah satu kegunaan sosiologi adalah untuk pembangunan. Pada tahap penilaian harus dilakukan analisis terhadap efek atau dampak sosial dari pembangunan. Mengapa demikian, jelaskan !
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................
.........................................................................................................................


C. KEGIATAN

Buatlah klipping berita dari berbagai media massa yang dapat menjadi objek penyelidikan sosiologi dan jelaskan alasanmu memilih berita – berita itu !


Jawaban kirimkan melalui email
Email : mr_pocle@yahoo.co.id
Judul : TS(spasi) Kisi-Kisi Sosio KD1 (Spasi) Nama Siswa (Spasi) Kelas

MODUL SOSIOLOGI 1

BAB I
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG
MENGKAJI HUBUNGAN MASYARAKAT

STANDAR KOMPETENSI
1. Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat

KOMPETENSI DASAR
1.1. Menjelaskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan
masyarakat dan lingkungan

INDIKATOR
1. Mendefinisikan pengertian sosiologi
2. Mengidentifikasi sejarah perkembangan sosiologi
3. Mendeskripsikan metodologi sosiologi
4. Mendeskripsikan ruang lingkup sosiologi
5. Mengidentifikasi konsep realitas social masyarakat
6. Mengidentifikasi kegunaan sosiologi
7. Menganalisis hubungan sosiologi dan ilmu-ilmu lainnya

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah dengan cermat ringkasan materi dan lengkapi dengan membaca buku
sosiologi lainnya sebagai acuan.
2. Kerjakan tugas – tugas dengan seksama.



1. Pengertian Sosiologi

Istilah sosiologi pertama kali dikemukakan oleh ahli filsafat, moralis sekaligus sosiolog berkebangsaan Perancis, Auguste Comte melalui sebuah karyanya yang berjudul Cours de Philosophie Positive. Secara etimologis ( asal kata ) sosiologi berasal dari kata socius dan logos. Dalam bahasa Romawi ( Latin ) socius berarti teman atau sesama dan logos yang artinya ilmu. Jadi, secara harfiah sosiologi berarti membicarakan atau memperbincangkan pergaulan hidup manusia. Pengertian tersebut akhirnya diperluas menjadi ilmu pengetahuan yang membahas dan mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat.


2. Sejarah perkembangan sosiologi

Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda dibandingkan dengan ilmu-ilmu social yang ada. Sejak abad pencerahan ( abad ke- 17 M ), terjadi sejumlah perubahan besar di dunia, terutama di Eropa. Akan tetapi perubahan yang revolusioner terjadi sepanjang abad ke-18 M. Perubahan itu dikatakan revolusioner karena dengan cepat struktur/tatanan masyarakat lama berganti dengan struktur yang baru. Revolusi social sepanjang abad ke-18 itu, paling jelas tampak dalam Revolusi Amerika, Revolusi Industri, dan Revolusi Perancis. Ketiga revolusi itu berpengaruh ke seluruh dunia. Gejolak Abad revolusi itu menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis.
Sejak abad ke-19, sejumlah ilmuwan menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan social. Para ilmuwan berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Untuk membangun teori itu, perhatian mereka tercurah pada perbandingan masyarakat dan peradaban manusia dari masa ke masa.
Ilmuwan yang sampai sekarang diakui sebagai Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte. Rintisan Comte mendapat sambutan luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar sosiologi antara lain : Pitirin A Sorookin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim,George Simmel dan Max Weber.

3. Metodologi Sosiologi

Sebagai metode sosiologi menggunakan metode ilmiah dalam mempelajari gejala-gejala alamiah khususnya gejala kemasyarakatan. Tekhnik dasar dalam metode ilmiah adalah observasi ilmiah atau penalaran. Menurut Paul B Horton tekhnik riset tersebut antara lain :

a. Study cross-section dan longitudinal
Study cross-section adalah suatu pengamatan yang meliputi suatu daerah yang luas dan dalam jangka waktu tertentu.Sedangkan studi longitudinal adalah suatu studi yang berlangsung sepanjang waktu yang menggambarkan suatu kecenderungan atau serangkaian pengamatan sebelum dan sesudahnya.

b. Eksperimen laboratorium dan eksperimen lapangan
Pada eksperimen laboratorium, subjek orang dikumpulkan di dalam suatui tempat atau laboratorium kemudian diberi pengalaman sesuai dengan yang diinginkan sang peneliti kemudian dicatat dan ditarik kesimpulan-kesimpulan. Penelitian eksperimen lapangan adalah pengamatan yang dilakukan di luar laboratorium di mana peneliti memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada objek secara umum kemudian diamati hasilnya.

c. Penelitian pengamatan
Penelitian ini hampir sama dengan eksperimen, tetapi dalam penelitian ini kita tidak mempengaruhi terjadinya suatu kejadian.

Menurut Soerjono Soekanto, metode yang digunakan adalah :
a. Metode Kualitatif, yang mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka-angka, meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat, antara lain :
1. Metode histories, adalah metode yang mempergunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
2. Metode Komparatif, adalah metode yang mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat beserta bidang-bidangnya untuk mengetahui perbedaan, persamaan,dan sebab-sebabnya.
3. Metode studi kasus, adalah metode pengamatan tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat, lembaga maupun individu.

b. Metode Kuantitatif, yang mengutamakan bahan keterangan dengan angka-angka sehingga gejala yang diteliti dapat diukur dengan menggunakan skala, indeks dan formula. Antara lain :
1. Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari hal-hal yang berlaku umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.

2. Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.

3. Metode empiris, yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di dalam masyarakat.

4. Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.

5. Metode fungsional, yaitu metode yang dipergunakan untuk menilai kegunaan lembaga-lembaga social masyarakat dan struktur social masyarakat.

Untuk mempelajari sesuatu, sebaiknya dmulai dengan membuat asumsi tentabg sifat-sifat objek yang akan dipelajari. Asumsi-asumsi ini disebut perspektif atau paradigma, yaitu suatu cara memandang atau cara memahami gejala tertentu menurut keyakinan kita. Di dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif sebagai berikut :

1. Perspektif Evolusionis
Paradigma utama dalam sosiologi yang memusatkan perhatian pada pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui urutan umum yang ada.

2. Perspektif Interaksionis
Memusatkan perhatian pada interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan menggunakan simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat dan kata-kata baik lisan maupun tulisan.

3. Perspektif Fungsionalis
Melihat masyarakat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisir dan memiliki seperangkat atauran dan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggotanya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang stabil dengan kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu untuk mempertahankan sistem kerja yang selaras dan seimbang. Kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus sesuai dengan fungsinya.





4. Perspektif Konflik
Memandang adanya pertentangan antar kelas dan eksploitasi kelas di dalam masyarakat sebagai penggerak utama kekuatan-kekuatan dalam sejarah. Masyarakat terikat karena ada kekuatan dari kelompok kelas yang dominan. Kelompok ini menciptakan suatu konsensus untuk melaksanakan nilai-nlai dan peraturan mereka terhadap semua orang.

SERAGAM SMA

JADUAL PENGGUNAAN SERAGAM SEKOLAH

1
SENIN,
SELASA,
RABU SERAGAM PUTIH ABU- ABU

2 KAMIS PRAMUKA

3 JUMAT MUSLIM,
BAJU KOKO

4 SABTU BATIK

Rabu, 17 Agustus 2011

TOKOH- TOKOH SOSIOLOGI KLASIK

Tokoh-tokoh sosiologi klasik
merupakan tokoh-tokoh sosiologi yang hidup pada
abad ke-18 dan ke-19. Tokoh-tokoh tersebut, antara lain :
Auguste Comte,
Herbert Spencer
,Karl Marx,
Email Durkheim,
dan Max Weber.

a.Auguste Comte
Auguste Comte (1798-1857) merupakan ahli filsafat dari Prancis dan dapat disebut sebagai ba pak sosiologi. ia di kenal dengan teori positivisme-nya. menurut teori positivisme sebagaimana di kemukakan L Laeyendecker ( dalam Sunarto Kamanto ), terdapat tiga jenjang yang akan di lewati oleh manusia dalam sejarah kehidupan, yaitu jenjang teologi, jenjang metafisika, dan jenjang positif

Dengan demikian dalam kerangka pandang potivisme sosiologi harus bersifat ilmiah artiny, sosiologi harus menngunakan metode observasi yang sistematik, eksperimen, dan analisis yang bersifat historis kompratif
Diposkan SUKA-SUKA

DEFENISI SOSIOLOGI MENURUT AHLI

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.
Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
Roucek dan Warren Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat. William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

MANFAAT mempelajari SOSIOLOGI

A. manfaat belajar sosiologi
sosiologi adalah sebuah kajian yang huahangat dan sangat menarik, bagaimana tidak? karena kajiannnya adalah sebuah realitas sosial yang sungguh sangat dinamis; masyarakat.

Dengan mempelajari Sosiologi kita dapat :
1) Mempelajari, menjelaskan, menganalisis dan meneliti fenomena social, gejala social dan masalah-masalah social yang terjadi dimasyarakat
2) Hasil-hasil penelitian Sosiologi dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan atau sebagai acuan untuk pengambilan kebijakan pemerintah dalam pembangunan
3) Hasil-hasil penelitian Sosiologi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah social yang terjadi dimasyarakat.
4) Metode-metode penelitian Sosiologi mempunyai kemampuan yang baik dalam memprediksi dan menginterpretasikan data yang menyangkut hubungan sebab akibat dalam aspek-aspek kehidupan manusia

Sebuah tantangan PENDIDIKAN NILAI 4 ANALISIS

BAB VI
ANALISA PENULIS

Melihat bagaimana pentingnya pedidikan nilai dalam membentuk moral kepribadian anak, memang sekarang sudah saatnya para pengajar untuk mengkonsep sebuah pendidikan nilai yang baik. Karena dengan adanya pendidikan nilai maka akhlak peserta didik kita akan terbentengi dengan baik pula. Artinya pendidikan nilai ini adalah penyeimbang bagi pendidikan umum yang telah mereka dapatkan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa jika anak didik hanya “dicekoki” dengan pendidikan umum saja tanpa penyeimbangnya maka yang bermunculan nantinya adalah generasi-generasi bangsa yang tidak mengerti akan di bawa kemana ilmu yang telah miliki. Pendek kata, mereka akan menjadi ilmuwan-ilmuwan yang pintar untuk “mengakali” masalah. Misalkan para koruptor itu adalah orang-orang yang berilmu, orang-orang yang cerdas tetapi karena pendidikan nilai yang ada dalam dirinya masih sangat dangkal maka yang terjadi adalah kepintaran mereka malah membuat mereka menyengsarakan bangsa dan Negara.
Akan lain ceritanya jika pendidikan nilai mereka mumpuni maka dengan kepintarannya itu mereka tentu bisa menjadikan ilmunya bermanfaat untuk kepentingan orang banyak.
Sehingga pendidikan nilai ini perlu di intergrasikan dengan bidang-sidang studi lainnya. Bila sudah ada kesinergisan antara pendidikan nilai dengan bidang studi lainnya maka outcame kita akan tidak hanya pintar dalam sains atau ilmu umum tetapi juga akan pintar dalam hal akhlaknya. Sehingga kontribusi positif bagi bangsa dan Negara kita adalah kemajuan yang bisa membuat Negara kita bisa berbicara banyak di kancah internasional.

Sebuah tantangan PENDIDIKAN NILAI 3

BAB III
PENUTUP

Dari pemaparan di atas, dapat diambil kesimpulan :
1. Nilai merupakan realitas abstrak dalam diri manusia yang menjadi daya pendorong terhadap sikap dan tingkah laku sehari-hari. Seseorang yang telah menghayati nilai kejujuran sebagaimana dijarkan oleh Islam akan terdorong untuk bersikap dan bertindak jujur kepada orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Pendidikan nilai bertujuan untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands. Sehingga dengan adanya pendidikan nilai ini akan memunculkan generasi-generasi yang berwawasan luas dan berakhlaqul karimah.
2. Konsep penerapan pendidikan nilai dalam pendidikan Islam adalah dalam intergrasi intergrasi antara pendidikan nilai dengan bidang studi lainnya, sehingga dengan adanya intergrasi itu diharapkan akan memunculkan outcame yang tidak hanya mumpuni dalam bidang ilmu umum tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Karena landasan filosofis pendidikan nilai adalah untuk menjawab pertanyaan tentang kegunaan pendidikan nilai, bagaimana manusia harus hidup dan bertindak berdasarkan nilai yang benar baik dalam perspektif masyarakat maupun dalam perspektif agama. Sebagai sebuah contoh adalah dalam pengajaran biologi dalam pendidikan Islam harus menggantarkan peserta didik pada keimanan terhadap Allah. Sehingga implikasi logisnya adalah guru bidang studi non agama dalam system pendidikan Islam juga harus memiliki komitmen terhadap pendidikan keimanan dan nilai-nilai lain yang terkait dalam bidang-bidang studi tertentu.

Sebuah tantangan PENDIDIKAN NILAI 2

BAB II

PEMBAHASAN


I. PENDIDIKAN NILAI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini telah menggiring manusia kepada bidang keahlian tertentu sebagai konsekuensi logis dari persaingan antar bidang ilmu yang telah terspesialisasi sedemikian rupa. Seseorang tidak lagi bisa menjadi generalis, karena ia telah dibatasi oleh sekat-sekat ilmu yang ditekuninya. Lebih diperparah lagi jika seseorang tidak mampu lagi bahkan sekedar menengok bidang-bidang lain yang bukan spesialisasinya, atau bidang ilmu yang ditekuni itu tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai-nilai moral universal (baca nilai-nilai agama). Selain itu pada masyarakat modern terlihat kecenderungan berperilaku serba instan, praktis, ingin serba cepat. Akibatnya keinginan serba cepat itu kadangkala menyebabkan aturan dilanggar, nilai-nilai moral terabaikan, dan lain sebagainya. Sikap manusia modern seperti ini telah digambarkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata al-’ajalah (ketergesa-gesaan, serba instan), yang disebutkan dalam surat Al-Qiyamah ayat 20-21.
Sesungguhnya tidak salah keinginan serba cepat dan tidak bertele-tele itu sepanjang tetap dalam koridor nilai-nilai dan norma-norma moral. Ketepatan waktu, kedisiplinan, mau antre, tidak menyogok untuk dapat didahulukan kepentingannya sendiri sementara orang lain dibelakangkan, dan lain sebagainya. Sikap ingin serba cepat dalam setiap persoalan ini memang merupakan salah satu karakteristik manusia, seperti digambarkan dalam surat Al-Isra ayat 11 : ” .....dan adalah manusia diciptakan selalu bersifat tergesa-gesa” . Pemberdayaan masyarakat untuk tetap memegang nilai-nilai bukanlah suatu perkara mudah, tetapi harus dilakukan. Sebab, tanpa memahami nilai-nilai itu maka mustahil seseorang mampu mempraktekkannya dalam kehidupan. Disadari betul bahwa cara satu-satunya yang paling tepat adalah melalui jalur pendidikan.
Nilai merupakan realitas abstrak dalam diri manusia yang menjadi daya pendorong terhadap sikap dan tingkah laku sehari-hari. Seseorang yang telah menghayati nilai kejujuran sebagaimana dijarkan oleh Islam akan terdorong untuk bersikap dan bertindak jujur kepada orang lain bahkan terhadap dirinya sendiri. Pendidikan nilai bertujuan untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands. Dalam pembinaan akhlak, perhatian yang cukup besar hendaklah dberikan terhadap pendidikan akhlak anak-anak. Masa kanak-kanak adalah mata rantai jiwa hewan dengan jiwa manusia berakal. Pada jiwa anak berakhirlah ufuk hewani dan dimulailah ufuk manusiawi. Karena itu anak-anak harus dididik dengan akhlak yang mulia. Sedini mungkin anak-anak harus mendapat pendidikan akhlak mulia, sebab “kesan” pada pendidikan dini inilah yang akan berakar kuat dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Dalam hal ini peran ibu dalam pendidikan akhlak sangat penting. Ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak (al-ummu madrasatul ula). Masalahnya sekarang, tidak semua orang tua di rumah memiliki waktu dan kesempatan untuk melakukannya. Demikian juga tidak semua orang tua mampu memahami dan menerapkan teknik-teknik pendidikan akhlak secara baik kepada anak sesuai dengan perbedaan usia dan perkembangan maturasinya. Disinilah letak pentingnya sebuah lembaga pendidikan atau yang kita kenal dengan sekolah.
Sekolah sebagai institusi pendidikan yang berperan aktif menanamkan nilai-nilai kepada para peserta didik harus memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan nilai ini. Penerapan pendidikan nilai di sekolah harus melibatkan semua unsur yang terlibat di sekolah itu. Iklim sekolah harus memberi peluang terjadinya interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang akan diinternalisasikan, baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun proses belajar mengajar dalam arti seluas-luasnya. Komunikasi pendidik dengan peserta didik harus baik yang didasari pada adanya penerimaan kedua belah pihak. Muatan komunikasi itu juga penting agar mengarah kepada nilai-nilai yang diinginkan.
Pendidikan nilai harus ditanamkan kepada peserta didik sebelum mereka mencapai usia akhir pembentukan kepribadian pada usia 20 atau 21 tahun. Jika melewati batas ini, sudah amat sulit memasukkan nilai-nilai karena harus membangun kembali kepribadian yang telah terbentuk (reconstruction of personality). Oleh sebab itu nilai-nilai Islam dalam bentuk akhlak al-karimah sudah terkristal dan terinternalisasi sejak kecil agar menjadi sikap hidup yang tak memerlukan lagi pengawasan dari luar diri individu. Ada atau tidak ada polisi akan berhenti otomatis bila lampu merah lalu lintas menyala. Ada atau tidak ada orang yang melihat secara otomatis akan menjalankan kewajibannya kepada Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Apa yang gencar disosialisasikan akhir-akhir ini dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelegence) pada dasarnya adalah metode Al-Qur’an dalam menanamkan nilai-nilai akhlak kepada manusia. Gerakan ketrampilan emosional yang diperkenalkan oleh Daniel Goleman adalah mengubah istilah pendidikan afektif secara terbalik, yaitu bukan menggunakan perasaan untuk mendidik, melainkan mendidik perasaan itu sendiri. Di sinilah pendidikan nilai memegang peran penting karena mendidik perasaan manusia agar peka terhadap nilai-nilai akhlak yang luhur untuk diimplementasikan dalam kehidupan individu maupun kelompok.
Nilai-nilai yang dimaksud tersebut harus berhubungan dengan proses dan tujuan pendidikan dari banyak sudut, seperti dengan isi kurikulum, tujuan pengajaran berbagai mata pelajaan, dasar-dasar seleksi dan pengelompokkan siswa, motivasi pengajaran dan dimensi-dimensi proses pendidikan lainnya. Artinya bila pendidikan nilai bisa diimplementasikan pada semua bidang pendidikan maka tujuan pendidikan nilai akan terwujud.
II. KONSEP PENDIDIKAN NILAI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah etika dan estetika. Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai keindahan. Ringkasnya dalam pembahasan teori nilai ini bukanlah membahas tentang nilai kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga. Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Dan oleh karena itu nilai sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga yang sama pula karena penilaian seseorang terhadap sesuatu yang sama itu biasanya berlainan. Bahkan ada yang tidak memberikan nilai terhadap sesuatu itu karena ia tidak berharga baginya tetapi mungkin bagi orang lain malah mempunyai nilai yang sangat tinggi karena itu sangatlah berharga baginya.
Perbedaan antara nilai sesuatu itu disebabkan sifat nilai itu sendiri. Nilai bersifat ide atau abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkah laku perbuatan manusia atau sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh indra karena ia bukan fakta yang nyata. Jika kita kembali kepada ilmu pengetahuan, maka kita akan membahas masalah benar dan tidak benar. Kebenaran adalah persoalan logika dimana persoalan nilai adalah persoalan penghayatan, perasaan, dan kepuasan. Ringkasan persoalan nilai bukanlah membahas kebenaran dan kesalahan (benar dan salah) akan tetapi masalahnya ialah soal baik dan buruk, senang atau tidak senang. Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai, tetapi nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mempunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu.
1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum.
Secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang tertentu. Jelaslah bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidak terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.
Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu :
1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu orang-orang yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi dalam etika.
2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja. Perbuatan manusia (kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka perbuatan manusia semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh etika.
3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri. Perbuatan manusia yang dilakukan dengan paksaan (dalam keadaan terpaksa) maka perbuatan itu tidak akan dikenakan sanksi etika. Demikianlah persyaratan perbuatan manusia yang dapat dikenakan sanksi (hukuman) dalam etika.
2. Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu. Yang jelas dalam hal ini adalah karya seni manusia atau mengenai alam semesta ini.
Seperti dalam etika dimana kita sangat sukar untuk menemukan ukuran itu bahkan sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia. Estetika juga menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah itu. Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori yang membahas mengenai masalah ukuran indah itu. Zaman dahulu kala, orang berkata bahwa keindahan itu bersifat metafisika (abstrak). Sedangkan dalam teori modern, orang menyatakan bahwa keindahan itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat yang sebenarnya bersifat tetap.
Bentuk-bentuk Pendidikan Nilai
Ada dua pembagian besar tentang bentuk-bentuk nilai. Pertama, nilai dipandang sebagai konsep, dalam arti memberi nilai atau timbangan (value). Kedua, nilai dipandang sebagai proses penetapan hukum atau penilain (to evaluate). Bentuk-bentuk nilai pendidikan dapat juga dibedakan dengan mendefinisikan apa “yang diingini” dan apa yang disukai. Nilai pendidikan dalam hubungannya dengan keinginan bisa berbentuk “ apa yang diingini” pada taraf individu dan “apa yang disukai” atau “apa yang dicintai” pada taraf sosial.
Nilai juga berkaitan dengan masalah baik dan buruk. Tolok ukur kebenaran sebuah nilai dalam perspektif filsafat adalah aksiologi. Berdasarkan tinjauan aksiologi, nilai dapat dibagi menjadi nilai mutlak dan nilai relative, nilai intrinsik (dasar) dan nilai instrumental . Nilai mutlak bersifat abadi, tidak mengalami perubahan dan tidak bergantung pada kondisi dan situasi tertentu. Nilai relative tergantung pada situasi dan kondisi dan oleh karenanya selalu berubah. Nilai instrinsik ada dengan sendirinya dan tidak menjadi prasyarat bagi nilai-nilai yang lain. Sebaliknya nilai instrumental berfungsi sebagai syarat bagi nilai instrinsik.
Islam memandang adanya nilai mutlak dan nilai instrinsik yang berfungsi sebagai pusat dan muara semua nilai. Nilai tersebut adalah tauhid (uluhiyah dan rububiyah) yang merupakan tujuan (ghayah) semua aktivitas hidup muslim. Amal shalih dalam Islam merupakan nilai instrumental yang berfungsi sebagai alat dan prasyarat untuk meraih nilai tauhid.
Dalam praktek kehidupan justru nilai-nilai instrumental itulah yang banyak dihadapi oleh manusia. Seperti perlunya nilai amanah, kejujuran, kesabaran, keadilan, etos kerja dan disiplin. Oleh karenanya Islam menekankan perlunya nilai-nilai tersebut terus dibangun pada diri seseorang sebagai jalan menuju terbentuknya pribadi yang tauhidi.
Dalam menjabarkan konsep nilai baik dasar maupun instrumental sebagai bagian dari pengembangan kurikulum pendidikan Islam dapat dielaborasi dari :
1. Nilai-nilai yang banyak disebutkan secara eksplisit dalam al-Qur’an dan hadits yang semuanya terangkum dalam ajaran akhlak yang meliputi akhlak dalam hubungannya dengan Allah, dengan diri sendiri dengan sesama manusia, dengan alam dan dengan makhluk lainnya.
2. Nilai-nilai universal yang diakui adanya dan dibutuhkan oleh seluruh umat manusia karena hekekatnya sesuai dengan fitrah manusia seperti cinta damai, menghargai hak asasi manusia, demokrasi, kepedulian sosial dan kemanusiaan.
Dengan adanya elaborasi nilai-nilai dari butir pertama dan kedua diatas sebagai kurikulum pendidikan Islam semakin menunjukkan bahwa pengajaran nilai dalam pendidikan Islam tidak terbatas menjadi tanggung jawab pendidikan agama sebagai sebuah bidang studi, tetapi terintergrasi dengan dalam seluruh bidang studi.
Akhirnya dengan adanya intergrasi antara pendidikan nilai dengan bidang studi lainnya, diharapkan akan memunculkan outcame yang tidak hanya mumpuni dalam bidang ilmu umum tetapi juga memiliki akhlak yang baik. Karena landasan filosofis pendidikan nilai adalah untuk menjawab pertanyaan tentang kegunaan pendidikan nilai, bagaimana manusia harus hidup dan bertindak berdasarkan nilai yang benar baik dalam perspektif masyarakat maupun dalam perspektif agama.
Upaya pendidikan nilai diharapkan dapat melahirkan manusia yang memiliki criteria:
1. Qalbun Salim (manusia yang memiliki hati yang sehat).
2. Rabbaniyah (manusia yang memiliki potensi ruhaniyah), seperti fitrah (QS. 30:30), qalb (QS. 22:46) aql (QS. 3:190-191), potensi ini sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya (QS. 17:70) yang berbeda dengan makhluk yang lainnya. Sebab manusia dengan kealimannya dan kebijaksanaannya, maka akan berlaku luwes dan fleksibel.
3. Qalbun Lathif (manusia mempunyai hati yang lunak) (QS. An-Nahl:78) bahwa Allah telah menyediakan bagi mereka neraka jahannam bagi manusia dan jin karena mereka mempunyai hati yang tidak dapat memahaminya, dimungkinkan sebab tidak memperhatikan akan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk dari Allah Yang Maha Kuasa.
Sedangkan pendidikan nilai diharapkan akan melahirkan manusia yang memiliki criteria:
1. Hilmun, yaitu kesanggupan atau kemampuan untuk menolak argumentasi orang yang bodoh dengan bahasa yang santun.
2. Wara, yaitu tidak rakus, rendah hati, yang mampu membentengi dirinya dari perbuatan maksiat.
3. Husnul khuluk, berakhlak baik sehingga ia bisa hidup di antara manusia.

Sebuah tantangan PENDIDIKAN NILAI

PENDIDIKAN NILAI :
Sebuah Tantangan dan Harapan
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH
Mengapa para pejabat negara dan politisi semakin gandrung melakukan praktik KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) ? Mengapa aparat penegak hukum cenderung melanggar peraturan-peraturan hukum yang mereka buat sendiri ? Mengapa para elite politik suka ”cakar-mencakar” dan berusaha menjatuhkan lawan-lawan politiknya ? Mengapa kaum intelektual cenderung melanggar etika profesinya dan visi-misi luhurnya ? Mengapa sesama anak-anak bangsa senang menabur benih-benih kebencian, permusuhan, dengki, dan dendam ? Mengapa para siswa-siswi dan mahasiswa-mahasiswi sering terlibat dalam aksi-aksi kekerasan, pornografi, seks bebas, narkoba, dan aneka macam penyakit sosial lainnya ? Mengapa antar sesama anggota keluarga sering terjadi percecokan, perkelahian, bahkan berakhir pada pembunuhan ? Mengapa hidup kita selalu diwarnai tragedi-tragedi kemanusiaan yang memilukan, dan seterusnya ?
Salah satu jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas adalah karena kita gagal menumbuhkembangkan pendidikan nilai, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam beberapa dekade terakhir ini, pembangunan kita cenderung berorientasi pada sesuatu yang bersifat pragmatis, yaitu hasil yang bisa dilihat dengan mata dan dinikmati oleh perut.
Institusi pendidikan yang fungsi awalnya untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya, saat ini tidak lebih dari sekadar lembaga bisnis dan industri yang melihat peserta didik (siswa-siswi) sebagai objek yang siap menjadi ”ATM”.
Pada saat yang bersamaan, moral dan etika bukan lagi menjadi ”menu bergizi” bagi murid sekolah (juga guru), tetapi telah menjadi ”komoditas eceran”. Pada dasarnya pendidikan nilai itu hanya dapat diwujudkan atau dijabarkan dalam suatu kebersamaan. Oleh karena itu, untuk melakukannya hampir tidak mungkin tanpa rasa empati dan penghargaan kepada orang lain, kepada segala sesuatu di lingkungan alam dan lingkungan sosial, yang mengerucut pada penghargaan kepada kehidupan.
Sementara empati tak mungkin muncul tanpa kepekaan terhadap berbagai persoalan tanpa sekat-sekat ras, etnis, agama, golongan, dan lainnya. Nilai merupakan integritas hidup seseorang yang akan tercermin dalam pilihannya : cara berpakaian, teman-teman yang dipilih pasangan hidup, interaksi sosial, dan bagaimana hubungan keluarga dengan saudara-saudaranya. Nilai juga berkaitan dengan masalah baik dan buruk. Tolok ukur kebenaran sebuah nilai dalam perspektif filsafat adalah aksiologi.
Sehingga pendidikan nilai membantu banyak orang untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak diprioritaskan, mana yang perlu dan mana tidak perlu.
Masalah mendasar dalam pendidikan nilai, ada tiga masalah mendasar yang mesti dipahami oleh para pendidik (guru) dan siapa saja, yaitu apa yang harus diajarkan (filsafat), bagaimana anak belajar dan memahami nilai moral (psikologi), serta bagaimana perannya dalam masyarakat nantinya (sosiologi).
Menolak pentingnya filsafat berarti menerima saja yang diperintahkan oleh suatu sistem tertentu. Mengesampingkan psikologi sebagai suatu sarana didaktik metodik pendidikan berarti membiarkan para pendidik seenaknya menggunakan metode-metode pendidikan yang belum teruji kebenaran ilmiahnya. Mengabaikan hakikat tujuan pendidikan moral dalam rangka sejarah (masyarakat) berarti menerima saja masyarakat seperti apa adanya tanpa peduli mengenai apa yang akan terjadi di masa mendatang.
Pendidikan nilai, moral dan etika merupakan hidden curriculum yang secara integral terkait dengan hampir semua mata pelajaran sekolah. Keberhasilan menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut tergantung dari peranan pendidik (guru) yang mendukung sistem penyelenggaraan pendidikan sekolah dan sejauh mana komitmen masyarakat dan pemerintah dalam memberikan teladan kepada anak-anak. Dari perbuatan mendidik dan para pendidik, dapat diketahui bahwa nilai-nilai kependidikan terjelma secara langsung ataupun tidak langsung dalam setiap keputusan yang diambil oleh pendidik.
Pendidikan nilai tidak dapat dilaksanakan dengan pengajaran di tengah-tengah pelanggaran moral dan anomali yang terus terjadi seperti sekarang ini. Musuh utama pendidikan nilai ialah birokrasi yang korup dan serakah, politisi yang berperilaku ‘’seperti preman”, konglomerat (pengusaha) yang merampas hak-hak ekonomi rakyat, para pendidik yang menempatkan siswi-siswi sebagai ‘’sapi perah”, para selebritis yang gonta-ganti pasangan, dan aneka macam penyakit moral. Pendidikan nilai tidak sebatas pada teori dan pengajaran, tetapi harus disertai dengan perilaku hidup.
Terlepas dari problematika dan kebingungan di atas, maka pendidikan nilai kepada anak didik tetap harus diberikan sesuai dengan kebutuhannya bahkan harus lebih, guna membendung kemerosotan-kemerosotan moral yang lebih parah lagi terjadi.
Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis akan membahas terkait dengan pendidikan nilai dalam dunia pendidikan Islam. Sehingga nanti akan didapatkan hasil yang komprehensif tentang pentingnya pendidikan nilai dalam pembentukan moral anak didik.

II. RUMUSAN MASALAH
Guna lebih memfokuskan pembahasan, maka dalam makalah ini, penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendidikan nilai dalam dunia pendidikan Islam ?
2. Bagaimana penerapan pendidikan nilai dalam dunia Islam ?

NORMA

NORMA SOSIAL

A. Pengertian
Norma adalah petunjuk hidup yang berisi perintah maupun larangan yang ditetapkan berdasarkan kesepakataan bersama dan bermaksud untuk mengatur setiap perilaku manusia di dalam masyarakat guna mencapai ketertiban dan kedamaian.

Norma dalam masyarakat merupakan aplikasi atau perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Misal : Di sekolah terdapat norma melarang seseorang membuang sampah sembarangan, dasar dari pembuatan norma ini adalah nilai kebersihan dan keindahan.

B. Daya Ikat Norma
Norma-norma dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang daya ikatnya lemah, sedang, maupun kuat.

Dilihat dari daya ikatnya, norma dibagi :
1. Cara (usage)
Cara adalah norma yang paling lemah daya pengikatnya karena orang yang melanggar hanya mendapat sanksi dari masyarakat berupa cemoohan dan ejekan saja. Cara menunjuk pada suatu perbuatan. Contoh : bersendawa tanda kenyang, makan bersuara
2. Kebiasaan (Folkways)
Kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih tinggi daripada cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama karena orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Contoh : kebiasaan menghormati orang lebih tua, kebiasaan menggunakan tangan kanan apabila hendak memberikan sesuatu kepada orang lain.

3. Tata kelakuan (mores)
Adalah kebiasaan aturan yang sudah diterima masyarakat dan dijadikan alat pengawas atau kontrol. Tata kelakuan mengharuskan atau melarang anggota masyarakat untuk menyesuaikan tindakan terhadap apa yang berlaku. Pelanggaran terhadap tata kelakuan akan diberi sanksi berat seperti diarak di depan umum, atau dirajam. Contoh : larangan berzina.
4. Adat istiadat (custom)
Adalah Tata kelakuan yang sudah terintegrasi secara kuat dengan pola-pola perilaku masyarakat dan dilakukan sebagian besar anggota masyarakat sehingga menjadi ciri atau identitas masyarakat.

C. Sifat Norma
Ada 2 sifat norma, yakni :
1) Norma formal adalah norma yang bersumber dari instansi yang formal atau resmi. Misal : aturan berasal dari negara, peraturan daerah dsb.
2) Norma nonformal adalah norma yang biasanya tidak tertulis (lesan) dan jumlahnya lebih banyak daripada norma formal. Misal : pantangan adat dalam masyarakat.

D. Jenis-jenis Norma
Ada 5 jenis norma-norma utama dalam masyarakat, yakni :
a. Norma Agama
Adalah petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan bagi penganutnya agar mereka mematuhi segala perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Contoh : Semua agama melarang umatnya untuk berzina, sanksinya adalah rasa berdosa.
b. Norma Kesopanan
Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia dan dianggap sebagai tuntunan pergaulan sehari-hari sekelompok masyarakat.
Contoh : menghormati orang tua, tidak boleh meludah sembarangan.
c. Norma Kelaziman
Adalah tindakan manusia mengikuti kebiasaan yang umumnya dilakukan tanpa pikir panjang karena kebiasaan itu dianggap baaik, patut, sopan, dan sesuai dengan tata krama.
Contoh : cara makan, cara minum, berjalan, berpakaian.
d. Norma Kesusilaan
Adalah aturan yang datang dari suara hati sanubari manusia (insan-kamil).
Contoh : Jangan berzina
e. Norma Hukum
Adalah aturan tertulis maupun tidak tertulis yang berisi perintah atau larangan yang memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.
Contoh : Wajib membayar pajak
f. Mode
Adalah cara dan gaya dalam melakukan dan membuat sesuatu yang sifatnya berubah-ubah serta diikuti oleh banyak orang.
Contoh : kelakuan wanita berbeda menurut mode pakaiannya.

NILAI

A.Pengertian Nilai

1. Sehari hari
Nilai diartikan sebagi harga, ukuran, angka kepandaian, kadar, mutu dan bobot.
2. Sosiologi
Nilai diartikan sebagai sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat
Sedangkan nilai sosial, adalah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Nilai didefinisikan sebagai kadar, mutu, atau sifat penting dan berguna bagi kemanusiaan.
4. Para Ahli
a. Soerjono Soekanto
Nilai adalah konsepsi abstrak dalam diri manusia mengenai apa yang baik dan apa yang buruk
b. Kimball Young
Nilai sosial adalah unsur-unsur abstrak dan sering tidak disadari tentang benar dan pentingnya.
c. A.W. Green
Nilai sosial sebagai kesadaran yang berlangsung secara relatif, disertai emosi terhadap objek dan ide orang perorangan.
d. Woods
Nilai sosial merupakan petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari
e. Robert M. Z. Lawang
Nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, pantas, berharga dan mempengaruhi perilaku sosial orang-orang yang memiliki nilai tersebut.
f. Kluckhohn
Semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup lima masalah nilai pokok, yaitu :
1) Nilai mengenai hakikat hidup
2) Nilai mengenai hakikat karya
3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
4) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam
5) Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya



B. Tolak ukur nilai
Tolak ukur nilai adalah daya guna fungsional suatu nilai dan kesungguhan penghargaan, penerimaan, atau pengakuan yang diberikan oleh seluruh atau sebagian besasr masyarakat terhadap nilai sosial tertentu.

C. Sumber nilai
Sumber nilai ada 2, yakni :
1. Sumber Intrinsik atau sumber yang dari dalam manusia
2. Sumber Ekstrinsik atau sumber yang dari luar manusia

D. Nilai berdasarkan ciri-cirinya :
1. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap penting dibandingkan nilai lainnya . Misal : tradisi muludan di Cirebon, Ibadah haji, mudik, gelar kebangsawanan.
Ukuran penting tidaknya nilai didasarkan pada :
a. Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut.
b. Berapa lama nilai itu dianut atau digunakan
c. Tinggi rendahnya usaha orang untuk memberlakukan nilai itu.
d. Prestise atau kebanggaan orang-orang yang orang-orang yang menggunakan nilai di masyarakat.

2. Nilai mendarah daging (internalized value) adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui proses berfikir atau pertimbangan lagi, melainkan secara tidak sadar. Misal : Guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal, Prajurit yang tidak mampu mengalahkan musuhnya dalam pertempuran akan merasa gagal.

E. Jenis- jenis Nilai Sosial
Menurut Prof. Dr. Notonagoro , nilai dapat dibagi atas tiga jenis :
1. Nilai material , yaitu segala benda yang berguna bagi manusia
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat hidup dan mengadakan kegiatan atau aktivitas
3. Nilai spiritual , yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai ini dibedakan lagi menjadi 4 macam, yakni :
a. Nilai kebenaran (kenyataan), yang bersumber dari unsur akal manusia (rasio/akal, budi, cipta)
b. Nilai keindahan , yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan, estetika)
c. Nilai moral (kebaikan), yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan (karsa, etika)
d. Nilai religius , yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak

Pandangan nilai dari Ahli lain , yakni :
1). Nilai Immaterial atau nilai rohani adalah nilai yang tidak berwujud tidak bisa disentuh dan sulit untuk berubah. Misal : idiologi, gagasan, ide, peraturan-peraturan
2). Nilai Material adalah nilai jasmani atau nilai yang berwujud mudah dilihat, diraba dan memiliki karakteristik mudah berubah. Misal : gedung, karya seni dsb.



F. Ciri-ciri Nilai sosial
1. Merupakan hasil interaksi sosial antarwarga masyarakat
2. Dapat ditularkan
3. Terbentuk melalui proses belajar atau sosialisasi
4. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial
5. Dapat mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam masyarakat
6. Dapat mempengaruhi pengembangan pribadi seseorang, baik positif maupun negatif
7. Cenderung berkaitan satu sama lain dan membentuk sistem nilai.

G. Fungsi nilai sosial
Ada beberapa fungsi nilai sosial menurut Drs. Suprapto, yakni :
1. Dapat menyumbangkan seperangkat alat menetapkan “harga”sosial dari suatu kelompok
2. Dapat mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
3. Sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial.
4. Sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok
5. Sebagai alat pengawas/kontrol perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang mau berperilaku sesuai dengan yang diinginkan sistem nilai.

Sabtu, 06 Agustus 2011

Silabus sosiologi berkarakter SMA kls 10, 11, 12

Terdapat perbedaan antara silabus berkarakter dengan silabus sebelumnya. Karena dalam Silabus Berkarakter ada 2 penambahan item yaitu :
1. Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa
2. Kewirausahaan/Ekonomi Kreatif
Silahkan unduh disini untuk silabus tersebut.

Pemetaan Standar Isi SKKD Sosiologi Berkarakter SMA Kelas X, XI, XII

Pemetaan Standar isi SKKD Sosiologi Berkarakter SMA Kelas X, XII, dan XII setelah judul utama "PEMETAAN STANDAR ISI/ANALISIS SK DAN KD" pada kelompok paragraf berikutnya berisi Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester dan Tahun Pelajaran.

Tabel Pemetaan Standar Isi SKKD Sosiologi Berkarakter adalah sebagai berikut:
1. Standar Kompetensi
2. Kompetensi Dasar
3. Tahapan berpikir
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
5. Tahapan berpikir
6. Materi Pokok
7. Ruang Lingkup
8. Alokasi Waktu

Pemetaan Standar Isi SKKD Sosiologi Berkarakter SMA kelas X, XI, XII dapat anda unduh disini

SKKD Sosiologi Berkarakter SMA Kelas 10-12 th 2011

Pemetaan SKKD Sosiologi Berkarakter SMA Kelas X, XI, XII lengkap tahun 2011, Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Struktur sosial
2. Proses sosial
3. Perubahan sosial
4. Tipe-tipe lembaga sosial.
Secara utuh file tersebut dalam versi word dapat anda unduh disini

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

BAB II


PEMBAHASAN

Agar masyarakat Indonesia menjadi manusia yang baik dan berakhlak mulia, dibutuhkan peranan pendidikan yang mengajarkan manusia tentang perilaku yang baik dan harus ditanamkan sejak dini.

Salah satunya adalah dengan memanfaatkan dunia pendidikan, khususnya adalah lingkungan sekolah sebagai wadah pembentukan akhlak yang mulia, agar menghasilkan siswa – siswa yang berkarakter baik.

Salah satu pengajaran di sekolah yang memberikan pendidikan karakter adalah PNK ( Pendidikan Nilai – nilai Kemanusiaan ), adalah pendidikan yang mengembangkan karakter para siswa menjadi lebih baik.PNK ini memiliki lima nilai utama yaitu kebenaran,kebajikan, kedamaian , cinta kasih, dan berperilaku tanpa kekerasan. Agar pembentukan karakter ini dapat terwujud dengan baik, maka niali – nilai yang terkandung di dalam PNK ini harus dijalani oleh semua warga sekolah seperti guru, siswa dan staf pegawai lainnya, juga termasuk para wali murid.

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter ada berbagai macam teknik yang digunakan diantaranya melalui berdo’a, kutipan, kata – kata mutiara, penguatan positif, duduk hening, bercerita, bernyanyi, hingga kegiatan kelompok berupa permainan, bermain peran, diskusi kelompok, dan lain – lain.
1.Berdo’a
Ketika dalam keadaan berdo’a, para siswa ditekankan untuk mengucapkan setiap lafal do’a yang diucapkan dengan suara yang lemah lembut dengan harapan siswa dapat menghayati do’a yang diucapkan dan memaknai isi dari setiap do’a tersebut.
2.Kutipan
Para guru setiap harinya agar memberikan kutipan kata – kata yang mengandung nilai – nilai kemanusiaan, sehingga memberikan motivasi bagi para siswa untuk merenungi makna dari kutipan yang disampaikan. Sebaiknya kata kutipan itu disimpan disebuah tempat yang sering dilalui oleh para siswa agar menjadi renungan mereka setiap harinya.
3.Kata – kata mutiara
Sama halnya dengan tujuan dari penggunaan kata – kata kutipan yang diambil dari satu buku atau dari seorang tokoh yang dapat diidolakan. Kata – kata mutiara ini juga bertujuan untuk memotivasi siswa agar bias meningkatkan kemampuan belajar juga menjadi pendorong semangat hidup mereka.
4.Penguatan positif
Sebaiknya dilakukan saat proses pembelajaran selesai maupaun ketika siswa menghadapi permasalahan dengan teman maupun lingkungannya.
5.Duduk hening ( Silent Sitting )
Duduk hening ini sebaiknya dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilakukan, yang diikuti oleh seluruh warga sekolah dan dilakukan secara terus menerus. Duduk hening ini sangat bermanfaat untuk merubah karakter anak dan menyiapkan diri mereka untuk belajar pagi itu.
6.Bercerita7.Bernyanyi
Bernyanyi juga merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Oleh karena itu perlu dibuatkan lagu – lagu dengan lirik yang sarat pesan moral tetapi mudah dicerna. Dengan berdendang anak – anak akan mengenang nilai – nilai bahkan sampai akhir hayat mereka
8.Kegiatan kelompok
Kegiatan yang dilakukan secara berkelompok ini bertujuan untuk menumbuhkan kerja sama yang erat juga rasa kepercayaan yang tinggi terhadap teman satu kelompoknya.
Contoh kegiatan kelompok ini diantaranya adalah : Permainan,bermain peran, diskusi kelompok, juga kegiatan kelas integrasi.



TEKNOLOGI PENDIDIKAN

BAB 1


A.Latar belakang

Setiap anak Indonesia berhak terhadap pendidikan yang mengembangkan karakter dengan baik. Karena dengan pendidikan karakter anak – anak tidak hanya tumbuh menjadi anak yang cerdas , tetapi juga tumbuh menjadi anak – anak yang berbudi luhur.
Dalam peraktek pendidikan, pendidikan karakter merupakan penekanan satu aspek penting pendidikan yang selama ini kurang mendapat perhatian, meskipun demikian kenyataan di lapangan menunjukan ternyata tidak sedikit sekolah – sekolah yang sudah menerapkan pendidikan karakter dengan sungguh – sungguh, meski mereka tidak secara eksplisit menyebutnya demikian.

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter ada berbagai macam teknik yang digunakan diantaranya melalui berdo’a, kutipan, kata – kata mutiara, penguatan positif, duduk hening, bercerita, bernyanyi, hingga kegiatan kelompok berupa permainan, bermain peran, diskusi kelompok, dan lain – lain.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Presiden RI pada kesempatan perayaan Dharma Shant, Hari Raya Nyepi, 2010 “ Peradaban bangsa Indonesia adalah peradaban yang unggul dan mulia, oleh karena itu masyarakat Indonesia harus menjadi manusia idaman. Hal ini dapat diwujudkan manakala manusia – manusia Indonesia adalah manusia yang berakhlak dan berwatak baik, manusia yang bermoral dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik pula. “